Djoko Suprapto mengaku tidak memiliki peralatan yang bisa mengubah air menjadi bahan bakar semacam "blue energy".
"Saya hanya memanfaatkan air untuk menghemat konsumsi bahan bakar. Jadi sekali lagi saya tegaskan, ini bukan blue energy," kata Djoko Suprapto saat mendemonstrasikan penemuannya itu di depan para petani yang memadati rumahnya di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jatim, Jumat.
"Saya hanya memanfaatkan air untuk menghemat konsumsi bahan bakar. Jadi sekali lagi saya tegaskan, ini bukan blue energy," kata Djoko Suprapto saat mendemonstrasikan penemuannya itu di depan para petani yang memadati rumahnya di Dusun Turi, Desa Ngadiboyo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Jatim, Jumat.
Ia menyebutkan, penemuannya itu merupakan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan dan dapat mendukung program pemerintah dalam menghemat penggunaan bahan bakar minyak.
"Dengan alat ini, kebutuhan solar untuk mesin disel bisa ditekan. Bahkan hanya membutuhkan solar sepuluh persen, sisanya air," katanya.
Namun demikian, lanjut dia, blue energy bisa saja diciptakan, tapi membutuhkan biaya hingga Rp2 miliar dalam waktu dua bulan lebih.
Sebelumnya penemuannya itu telah diujicobakan di depan ratusan warga dari berbagai daerah yang memadati rumahnya di Dusun Turi, Kamis (19/6).
Kini hal serupa juga dilakukan Djoko Suprapto di depan para petani. Mereka tampak serius melihat genset milik Djoko Suprapto yang beroperasi dengan bahan bakar air dan solar itu.
Walau begitu beberapa warga tampak tidak puas dengan peralatan yang diciptakan Djoko Suprapto itu. "Kalau bentuknya seperti ini, mana mungkin bisa ditaruh di kendaraan bermotor," kata Suyanto, warga Desa Ngadiboyo.
Namun sebelumnya Djoko Suprapto sendiri menyatakan keyakinannya jika alat tersebut bisa digunakan untuk kendaraan bermotor.
"Tinggal bagaimana memodifikasinya saja supaya alat ini bisa masuk ke mobil," kata Djoko.
Sumber : antara
0 comments:
Post a Comment